1. Pelintir dengan lembut, cengkram/genggam dengan keras.
Orang muda, biasanya senang sekali menghambur-hamburkan tenaga, begitupun saya.
Keseringan menonton film kungfu dan film perang, membuat adrenaline saya
bergejolak, selalu memaksakan penggunaan otot kapanpun bergerak. Kebiasaan ini
terbawa-bawa juga kedalam kegiatan sehari-hari saya sebagai kacung kampret.
Kegiatan mencuci pakaian.
Merasa otot-otot lengan saya cukup kuat, setiap lembar pakaian yang akan
dijemur, saya pelintir ugal-ugalan dengan maksud supaya pakaian tersebut lekas
kering ketika dijemur. Dua periode dicuci dan diperas seperti itu, pakaian
masih terlihat baik-baik saja. Tapi setelah cucian ketiga, pakaian-pakaian yang
diperlakukan dengan cara diatas kini lebih mirip dengan kaus singlet ketimbang
pakaian formal. Tipis dan menerawang kemana-mana. Warnanya pun agak-agak retro
vintage alias washed out binti pudar. Saya menyadari satu hal, mode “pendekar”
tidak cocok diterapkan untuk mencuci pakaian.
Trial pertama error dengan predikat cum laude. Setelah menganalisa masalahnya,
saya menemukan cara kedua, yaitu sedikit dipelintir menggunakan perasaan,
kemudian (sambil) digenggam keras-keras seperti sedang melatih kekuatan
cengkraman tangan. Dengan cara kedua ini, berlembar-lembar pakaian yang sobek,
menjadi tipis, dan pudar karena menggunakan cara pertama, kini terhindar dari
kematian yang sia-sia (baca: tidak terpakai dan menjadi kain pel.) Warna dan
kelenturan bahan pakaian masih terjaga dengan baik walaupun beberapa kali telah
dicuci.
2. Melakukan pemerasan secara berkala.
Pemerasan disini bukan sesuatu yang berkonotasi negatif ya, bisa ditangkap yang
berwajib nanti. Pemerasan yang saya maksud disini adalah; setelah seluruh
pakaian agan selesai dicuci dan digantung/dijemur, peraslah bagian bawah
pakaian-pakaian tadi. Proses pemerasan berulang bisa dilakukan dalam interval
waktu 15-30 menit sekali, sampai benar-benar tidak bisa diperas atau tidak
keluar airnya.
Berdasarkan hukum fisika, air akan selalu mengalir dari tempat yang tinggi
ketempat yang rendah. Hal ini juga berlaku pada pakaian basah. Air yang
terserap bahan pakaian, pelan tapi pasti akan merambat turun ke bagian bawah
pakaian yang kita gantung. Setelah beberapa waktu tertentu, air tersebut akan
terdeposit dengan jumlah yang relatif banyak - dibandingkan jumlah air dibagian
atas pakaian yang kita gantung, kemudian bila bahan pakaian tidak mampu menahan
jumlah air yang terdeposit, air-air tersebut akan menetes kelantai. Hal ini
terus berulang-ulang hingga pakaian agan-agan sekalian benar-benar kering atau
kadar air yang tertinggal pada pakaian relatif kecil jumlahnya.
Dari pengalaman saya selama berperan sebagai Bawang Putih (baca: mencuci),
masa-masa krusial pengeringan pakaian itu terletak pada permulaan waktu
penjemuran. Semakin awal kita mengurangi deposit air, semakin cepat pula proses
pengeringan yang terjadi.
3. Di angin-anginkan.
Cepat lambatnya proses mengangin-anginkan akan sangat tergantung pada
besar-kecilnya kekuatan kipas angin yang agan-agan gunakan. Semakin besar
diameter bilah kipas, akan semakin baik. Letakkan kipas angin dibagian samping
pakaian-pakaian yang telah dijemur, kemudian gunakan putaran kipas tertinggi.
Bila memungkinkan, aturlah jarak antara pakaian yang satu dengan yang lainnya
sekitar satu jengkal orang dewasa. Semakin besar ruang antar pakaian akan
membuat aliran angin dari kipas semakin optimal melakukan pekerjaannya.
Semoga Bermanfaat...